Instagram

Fakta Sebenarnya di Balik Iklan Instagram yang Terasa Tepat

Fakta Sebenarnya di Balik Iklan Instagram yang Terasa Tepat
Fakta Sebenarnya di Balik Iklan Instagram yang Terasa Tepat

JAKARTA - Pernahkah Anda merasa heran ketika sebuah iklan muncul di layar ponsel tepat setelah membicarakan suatu produk? Banyak orang mengira media sosial, termasuk Instagram, diam-diam mendengarkan percakapan pengguna. 

Namun, menurut CEO Instagram Adam Mosseri, anggapan itu hanyalah mitos lama yang tidak sesuai fakta.

Mosseri menegaskan, sistem iklan Instagram tidak bergantung pada mikrofon ponsel untuk mengetahui isi percakapan. 

Sebaliknya, iklan yang terlihat relevan di layar justru merupakan hasil dari kerja algoritma, data dari pengiklan, dan kini semakin diperkuat oleh teknologi kecerdasan buatan (AI).

Mitos Mikrofon “Nguping”

Isu tentang media sosial yang menggunakan mikrofon ponsel untuk mendengarkan obrolan pribadi sudah lama beredar. 

Mosseri sendiri mengaku sering mendengar kecurigaan itu, bahkan dari istrinya. Banyak orang percaya bahwa setelah membicarakan sesuatu, produk terkait langsung muncul dalam bentuk iklan di Instagram.

Ia menepis anggapan tersebut dengan penjelasan teknis. “Anda pasti sadar jika mikrofon di HP Anda ‘nguping’ karena ada ikon yang akan muncul di layar. Selain itu, baterai HP bakal terkuras cepat jika mikrofon terus-menerus aktif,” kata Mosseri.

Dengan penjelasan itu, ia menegaskan bahwa tidak ada praktik menguping percakapan. Instagram tidak bekerja dengan cara mencuri suara pengguna, melainkan melalui mekanisme rekomendasi iklan yang sah.

Cara Kerja Rekomendasi Iklan

Lalu, bagaimana sebuah iklan bisa terasa begitu sesuai dengan percakapan atau bahkan isi pikiran pengguna? Mosseri menjelaskan, Instagram dan platform lain di bawah Meta bekerja sama dengan pengiklan.

Perusahaan pengiklan biasanya membagikan data pengunjung situs mereka. Informasi itu membantu Meta memahami pola minat pengguna. Hasilnya, iklan yang muncul terasa lebih personal.

“Informasi dari pengiklan membantu Meta menyasar pengguna dengan iklan yang lebih relevan. Kemudian, Meta menampilkan iklan yang sama ke pengguna yang mereka nilai punya minat dan aktivitas serupa,” jelas Mosseri.

Dengan kata lain, relevansi iklan bukan hasil dari mendengar obrolan pribadi, tetapi dari pengumpulan data aktivitas digital yang memang sudah disetujui pengguna.

Peran AI dalam Sistem Iklan

Tidak hanya mengandalkan data dari pengiklan, Meta kini mulai mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) untuk menyempurnakan sistem rekomendasi iklannya. AI akan menganalisis interaksi pengguna di berbagai platform untuk menentukan iklan yang paling sesuai dengan minat mereka.

Mosseri menyebutkan bahwa pada 16 Desember 2025, Meta akan memperbarui syarat dan ketentuan layanan. Aturan baru ini akan menegaskan bahwa interaksi pengguna dengan produk AI milik Meta dapat digunakan dalam algoritma iklan.

Dengan pemanfaatan AI, iklan yang tampil di Instagram akan terasa semakin relevan. Teknologi ini bisa membaca preferensi secara lebih dalam, sehingga iklan lebih sesuai dengan hobi, ide, bahkan rencana pengguna.

Faktor Psikologis yang Terabaikan

Selain peran algoritma dan AI, Mosseri juga menyinggung aspek psikologis yang sering diabaikan pengguna. Banyak orang merasa baru melihat iklan setelah membicarakan sesuatu, padahal iklan itu sebenarnya sudah sempat muncul sebelumnya.

“Anda mungkin pernah melihat iklan itu sebelum membicarakannya, tetapi tidak sadar. Kita menggulirkan layar dengan cepat. Apalagi, iklan. Kadang, konten itu menyusup ke benak, dan berpengaruh ke topik percakapan Anda berikutnya,” kata Mosseri.

Fenomena ini menunjukkan bahwa otak manusia dapat merekam konten tanpa disadari. Akibatnya, saat membicarakan sesuatu, iklan yang pernah lewat terasa seolah-olah baru saja muncul karena percakapan.

Dampak bagi Pengguna

Penjelasan dari Mosseri penting untuk dipahami masyarakat. Kekhawatiran bahwa Instagram diam-diam mendengarkan percakapan dapat ditepis. Dengan informasi ini, pengguna bisa lebih tenang dalam menggunakan media sosial.

Namun, pemahaman ini juga memberi pelajaran berharga: data digital yang kita tinggalkan di internet memang memiliki peran besar. Semakin banyak aktivitas yang kita lakukan secara online, semakin mudah pula algoritma mempersonalisasi iklan.

Hal ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, iklan menjadi lebih relevan dan bermanfaat. Di sisi lain, pengguna perlu lebih sadar tentang jejak digital yang mereka tinggalkan.

Pentingnya Transparansi

Transparansi perusahaan teknologi menjadi hal krusial di era digital. Dengan penjelasan terbuka dari Mosseri, Meta berusaha membangun kepercayaan bahwa mereka tidak menggunakan metode invasif untuk menampilkan iklan.

Langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan teknologi juga berkepentingan menjaga citra dan kepercayaan publik. Tanpa transparansi, isu-isu seperti “ponsel nguping” akan terus beredar dan menimbulkan keresahan.

Iklan yang muncul di Instagram sesuai dengan minat pengguna bukanlah hasil dari ponsel yang mendengarkan percakapan. CEO Instagram Adam Mosseri menegaskan bahwa hal itu hanyalah mitos.

Sistem iklan Instagram bekerja berdasarkan data dari pengiklan, aktivitas digital pengguna, dan kini semakin diperkuat oleh kecerdasan buatan. 

Selain itu, faktor psikologis juga membuat orang keliru menilai, seolah-olah iklan baru muncul setelah mereka membicarakan sesuatu.

Dengan memahami mekanisme ini, masyarakat dapat lebih bijak menggunakan media sosial. Alih-alih khawatir diawasi, pengguna justru bisa memanfaatkan iklan relevan sebagai sarana untuk menemukan produk atau layanan yang memang sesuai kebutuhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index