MINYAK

Pasar Tetap Stabil Meski Harga Minyak Dunia Menguat

Pasar Tetap Stabil Meski Harga Minyak Dunia Menguat
Pasar Tetap Stabil Meski Harga Minyak Dunia Menguat

JAKARTA - Kenaikan harga minyak dunia awal pekan ini tidak serta-merta menimbulkan gejolak di pasar. 

Pada perdagangan Senin, 6 Oktober 2025, harga minyak mentah global menunjukkan penguatan, tetapi respons pelaku pasar cenderung tenang karena peningkatan produksi yang diumumkan oleh OPEC+ dianggap tidak terlalu besar.

Brent ditutup naik 1,46 persen menjadi 65,47 dolar AS per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,33 persen ke level 61,69 dolar AS per barel pada penutupan Selasa, 7 Oktober 2025.

Kenaikan harga ini dipicu oleh keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang berencana menaikkan produksi mulai November mendatang.

Produksi OPEC+ Naik Moderat

OPEC+ memutuskan untuk menambah produksi sebesar 137.000 barel per hari pada November 2025. Peningkatan tersebut lebih rendah dari perkiraan awal banyak analis yang menduga penambahan akan lebih besar. 

Hal ini justru memberi sinyal positif ke pasar karena ekspektasi kelebihan pasokan global tidak sebesar yang ditakutkan sebelumnya.

Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, menilai pengumuman OPEC+ tidak menimbulkan kejutan. Menurutnya, pasar melihat kenaikan pasokan riil akan lebih kecil dibanding angka yang diumumkan. 

“Pasar merasa jumlah minyak yang benar-benar akan masuk ke pasar jauh lebih kecil dari yang diumumkan, mengingat beberapa anggota sudah memproduksi pada kapasitas penuh,” ujarnya.

Komentar ini menunjukkan bahwa pelaku pasar memahami keterbatasan teknis beberapa negara anggota OPEC+ dalam menambah produksi. 

Kondisi tersebut membuat proyeksi kelebihan pasokan tidak seburuk yang dikhawatirkan, sehingga harga minyak justru terdorong naik.

Faktor Eksternal Pergerakan Harga

Selain keputusan OPEC+, pergerakan harga minyak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. Di Venezuela, ekspor minyak mengalami peningkatan, sementara di Timur Tengah, aliran minyak dari wilayah Kurdi ke Turki kembali beroperasi.

Dari Rusia, terdapat gangguan pasokan akibat serangan drone yang menyebabkan kebakaran di kilang Kirishi pada 4 Oktober 2025. 

Kilang besar tersebut terpaksa menghentikan unit pengolahan utamanya, dan proses pemulihan diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.

Kondisi ini memunculkan tambahan ketidakpastian pasokan di pasar global. Meskipun jumlah produksi yang terganggu tidak terlalu signifikan dibandingkan total kapasitas dunia, pasar tetap menaruh perhatian pada risiko geopolitik yang dapat memperpanjang gangguan distribusi energi.

Data Amerika Serikat Tekan Optimisme

Dari sisi lain, Amerika Serikat melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat yang lebih besar dari perkiraan untuk pekan yang berakhir 26 September 2025. Data tersebut mencerminkan lemahnya permintaan di pasar domestik sekaligus tingginya aktivitas kilang.

Kenaikan stok ini berpotensi menahan penguatan harga lebih lanjut karena menjadi sinyal bahwa permintaan belum sepenuhnya pulih. 

Namun, pelaku pasar tetap menilai kenaikan produksi OPEC+ yang moderat serta adanya gangguan pasokan global memberi alasan bagi harga minyak untuk bertahan di level yang lebih tinggi.

Pasar Tetap Tenang

Salah satu hal menarik dari pergerakan harga kali ini adalah sikap pasar yang relatif stabil. Alih-alih panik menghadapi potensi tambahan pasokan, para pelaku pasar justru menyambut positif langkah OPEC+ karena menunjukkan sikap hati-hati dalam menambah produksi.

Langkah moderat tersebut membantu menyeimbangkan kebutuhan pasokan tanpa menimbulkan risiko kelebihan produksi secara drastis. Dengan demikian, harga minyak bisa bergerak naik, tetapi dalam kisaran yang masih terkendali.

Selain itu, ekspektasi jangka panjang tentang transisi energi global juga menjadi pertimbangan investor. 

Meski minyak masih menjadi komoditas strategis, permintaan energi dunia secara bertahap akan diarahkan menuju sumber energi baru terbarukan. Faktor ini turut menjaga ekspektasi bahwa harga minyak tidak akan melonjak terlalu tinggi secara permanen.

Dampak ke Perekonomian

Kenaikan harga minyak dunia biasanya membawa dampak luas, terutama bagi negara pengimpor minyak. Namun, karena pergerakan kali ini bersifat moderat dan respons pasar tenang, potensi tekanan inflasi masih dianggap terkendali.

Bagi negara produsen, kenaikan harga menjadi peluang menambah pendapatan ekspor. Namun, karena peningkatan produksi OPEC+ relatif kecil, tambahan pasokan tidak akan mengubah keseimbangan pasar secara drastis.

Para analis menilai, jika tren harga minyak bertahan pada level ini, stabilitas pasar energi global tetap terjaga, meski faktor geopolitik seperti gangguan kilang Rusia masih perlu diwaspadai.

Kenaikan harga minyak dunia pada awal Oktober 2025 memperlihatkan bagaimana pasar menanggapi dinamika pasokan dan permintaan dengan tenang.

Peningkatan produksi OPEC+ sebesar 137.000 barel per hari mulai November, yang awalnya dikhawatirkan akan memicu kelebihan pasokan, ternyata justru diterima positif karena dipandang moderat.

Penguatan Brent menjadi 65,47 dolar AS per barel dan WTI ke 61,69 dolar AS per barel mencerminkan bahwa pasar menilai keseimbangan masih terjaga.

Ditambah dengan faktor eksternal seperti gangguan kilang di Rusia, kenaikan ekspor Venezuela, dan kembalinya aliran minyak Kurdi, harga minyak masih memiliki penopang yang cukup kuat.

Meski data dari Amerika Serikat menunjukkan kenaikan stok yang menandakan permintaan belum pulih sepenuhnya, pelaku pasar tampak meyakini bahwa fundamental tetap seimbang. 

Dengan demikian, kenaikan harga minyak kali ini bukanlah sinyal gejolak, melainkan cerminan dari dinamika pasar yang lebih realistis dan terkendali.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index