FINANSIAL

5 Tanda Awal Kesehatan Finansial Anak Muda Mulai Terganggu

5 Tanda Awal Kesehatan Finansial Anak Muda Mulai Terganggu
5 Tanda Awal Kesehatan Finansial Anak Muda Mulai Terganggu

JAKARTA - Di tengah geliat ekonomi Indonesia yang masih kokoh, ada sinyal halus namun nyata bahwa kesehatan finansial anak muda mulai rapuh. 

Angka makro mungkin menggambarkan stabilitas, namun di balik itu, generasi produktif menunjukkan perubahan perilaku keuangan yang mengkhawatirkan. 

Berdasarkan survei Financial Fitness Index (FFI) 2025, skor finansial masyarakat muda turun dari 41,25 menjadi 40,60 meski perubahan ini tampak kecil, namun implikasinya besar. 

Artikel ini mengajak Anda mengenali lima tanda utama bahwa kesehatan finansial pribadi mulai terganggu, agar dapat segera mengambil langkah perbaikan.

1. Tabungan Melemah, Gaya Hidup Menjadi Prioritas

Salah satu indikasi paling mencolok pada terganggunya kesehatan finansial anak muda adalah menurunnya kebiasaan menabung. Di 2024, sekitar 92% masyarakat muda rutin menabung, namun di 2025 angka itu merosot menjadi 89%. 

Penurunan ini menggambarkan sebuah pola: konsumsi, gaya hidup instan, dan belanja impulsif lebih diprioritaskan dibandingkan membangun cadangan finansial.

Gaya hidup “self reward” dan kecenderungan untuk mengejar tren dapat mendorong pengeluaran yang tidak perlu. 

Tanpa tabungan yang sehat, seseorang menjadi rentan terhadap stres keuangan ketika menghadapi kejadian mendesak. Dalam kondisi tak terduga seperti kebutuhan medis atau perbaikan mendadak, ketiadaan tabungan menjadi beban berat.

2. Dana Darurat Menipis, Risiko Meninggi

Dana darurat ibarat jaring pengaman finansial. Namun sayangnya, hanya 19% responden FFI 2025 yang menyatakan memiliki dana darurat memadai — turun dari 25% pada tahun sebelumnya. 

Penurunan ini sangat signifikan karena tanpa dana darurat, seseorang terpaksa mengadopsi jalan pintas seperti pinjaman konsumtif ketika menghadapi situasi krisis.

Ketidakmampuan menghadirkan cadangan keuangan memperlemah daya tahan seseorang terhadap guncangan finansial. Hutang konsumtif menjadi jalan keluar yang tersedia, namun ini hanya memperburuk kondisi finansial dalam jangka panjang.

3. Sulitnya Mengelola Utang

Skor kemampuan mengelola utang tanpa jaminan juga menunjukkan penurunan dari 97,28 menjadi 93,97. Banyak anak muda belum memiliki strategi yang baik untuk mengatur utang. Akibatnya, utang dapat menumpuk dan memberatkan arus kas bulanan.

Tips sederhana agar utang tidak menjebak:

Catat semua utang agar Anda melihat gambaran menyeluruh kewajiban finansial.

Prioritaskan pelunasan utang berbunga tinggi terlebih dahulu.

Hindari penggunaan utang untuk kebutuhan gaya hidup: utang sebaiknya hanya untuk investasi atau kebutuhan mendesak.

Tanpa pengelolaan yang baik, utang yang dibiarkan akan menjadi beban yang mencekik dan melumpuhkan kemampuan menabung atau berinvestasi.

4. Investasi dan Dana Pensiun Mulai Naik: Harapan Baru

Di tengah tantangan indikator keuangan lainnya, terdapat kabar positif: minat terhadap investasi dan dana pensiun makin meningkat. Kepemilikan investor muda dalam instrumen seperti reksa dana dan saham naik dari 2% menjadi 4%. Selain itu, kepemilikan dana pensiun juga meningkat dari 25% ke 29%.

Penguatan ini menunjukkan bahwa sebagian generasi muda mulai berpikir ke depan, menyadari bahwa tabungan saja tidak cukup. Investasi dan perencanaan pensiun menjadi bagian dari strategi keuangan jangka panjang, meskipun dimulai dari langkah-langkah kecil.

5. Ketimpangan Finansial Makin Jelas Terlihat

Skor finansial juga memperlihatkan kesenjangan yang semakin tajam antar kelompok penghasilan. Generasi muda dengan penghasilan di atas Rp 40 juta mencatat skor 59,95, sementara mereka dengan penghasilan Rp 5–8 juta turun drastis menjadi 36,76.

Kesenjangan semacam ini menunjukkan bahwa keberhasilan finansial tidak hanya bergantung pada kemauan, tetapi juga pada kondisi awal dan akses informasi. Generasi muda menengah perlu strategi yang lebih adaptif agar tidak tertinggal di tengah pemberdayaan keuangan yang semakin kompleks.

Langkah Pemulihan: Strategi Menjadi FUNanciallyFIT

Jeannette Erena Kristy Tampi dari OCBC menyebut bahwa menjadi FUNanciallyFIT finansial sehat dan menikmati bergantung pada literasi keuangan dan kebiasaan sederhana. Berikut lima langkah realistis untuk pulihkan kesehatan finansial:

Menabung otomatis (auto save) minimal 10% setiap gajian
Sebelum uang masuk ke rekening penggunaan, pisahkan dulu porsi tabungan agar tidak tergoda untuk dibelanjakan.

Catat pengeluaran dengan aplikasi keuangan
Transparansi atas di mana uang Anda digunakan memungkinkan evaluasi dan pengendalian anggaran.

Bangun dana darurat setara 3–6 bulan pengeluaran
Cadangan ini menjadi bantalan ketika situasi tak terduga muncul.

Atur utang agar tidak melebihi 30% dari penghasilan
Pastikan utang tidak ‘memakan’ terlalu banyak dari pendapatan bulanan agar ruang hidup tetap ada.

Mulai investasi kecil-kecilan di instrumen aman
Gunakan reksa dana pasar uang atau instrumen lain yang relatif rendah risiko untuk membiasakan diri berinvestasi.

Disiplin dan konsistensi dalam menerapkan langkah-langkah ini dapat membantu generasi muda mengubah “gejala finansial terganggu” menjadi momentum pembelajaran dan perbaikan.

Saatnya Bertindak Demi Masa Depan

Penurunan skor FFI 2025 bukan sekadar statistik ia adalah alarm bahwa generasi muda tidak bisa terus berpuas diri. Gaya hidup konsumtif, menurunnya tabungan, lemahnya dana darurat, utang yang meningkat; semuanya adalah cerminan kondisi finansial yang perlu diubah sekarang juga.

Ekonomi nasional memang bisa tetap tangguh, tetapi stabilitas finansial tiap individu bergantung pada keputusan sehari-hari. 

Kini adalah waktu untuk tidak hanya bekerja keras (work hard) tetapi juga belajar menyisihkan (save smart) dan berinvestasi (invest wise). Karena pondasi finansial yang kokoh dibangun dari kebiasaan kecil yang konsisten.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index