Investasi Properti Asia Pasifik Tembus Rp517 Triliun

Kamis, 09 Oktober 2025 | 14:17:35 WIB
Investasi Properti Asia Pasifik Tembus Rp517 Triliun

JAKARTA - Pasar real estate komersial (CRE) di Asia Pasifik menunjukkan tren positif sepanjang paruh pertama 2025, dengan total investasi mencapai US$67,6 miliar atau sekitar Rp1.120 triliun, tumbuh 17% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Data terbaru dari JLL (Jones Lang LaSalle) mencatat, khusus pada kuartal II/2025, investasi CRE di kawasan ini naik 15% year-on-year (YoY) menjadi US$31,2 miliar atau Rp517,68 triliun.

Korea Selatan menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi di kuartal ini, terutama di sektor perkantoran. Sementara Indonesia menunjukkan ketertarikan investor pada sektor manufaktur dan industri, menjadi tumpuan untuk terus menarik modal di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menurut Stuart Crow, CEO Asia Pacific Capital Markets JLL, meski investor menghadapi risiko ekonomi dan geopolitik, real estate Asia Pasifik tetap menjadi magnet bagi modal global, menunjukkan kekuatan fundamental kawasan dan ketahanan sektor ini.

“Korea Selatan mencatat kinerja kuat pada kuartal II/2025, dengan transaksi perkantoran di Seoul mencapai level tertinggi sejak kuartal II/2021. Kenaikan ini didorong alokasi modal yang lebih besar dari institusi domestik serta biaya pembiayaan lebih rendah. Penurunan suku bunga acuan menjadi 2,5% oleh Bank of Korea pada Mei lalu membuat kami optimistis momentum positif ini akan berlanjut pada kuartal berikutnya,” kata Stuart.

Fokus Korea Selatan dan Jepang

Korea Selatan mencatat pertumbuhan YoY 72% pada kuartal II/2025 menjadi US$6 miliar, sementara akumulasi investasi semester pertama menguat 64% menjadi US$12,8 miliar. Lonjakan ini didorong sektor perkantoran yang menyumbang 77% dari total volume pasar. Pemilik aset memanfaatkan momentum untuk melepas properti sebelum potensi oversupply di kawasan pusat bisnis terjadi. Pasar hotel juga bergerak aktif, dengan sejumlah transaksi di harga premium mengikuti kinerja yang membaik.

Sementara itu, Jepang mencatatkan investasi CRE sebesar US$7,6 miliar pada kuartal II/2025, naik 31% YoY. Total investasi semester pertama mencapai US$21,3 miliar, tumbuh 23% dibandingkan semester I/2024. Sektor perkantoran tetap mendominasi, ditopang oleh investor domestik, sementara sektor hunian mencatat level tertinggi sejak Q1/2022 berkat minat besar dari J-REITs dan investor global seperti Warburg Pincus, Aberdeen, dan CapitaLand pada aset hunian multifamily.

Tren Investasi Indonesia

Di Indonesia, pasar properti komersial tetap menarik minat investor, khususnya di sektor manufaktur. Menurut Farazia Basarah, Country Head JLL Indonesia, permintaan domestik yang solid dan alokasi modal internasional yang selektif menempatkan Indonesia sebagai destinasi utama di Asia Tenggara.

“Terlepas dari tantangan ekonomi global, Indonesia tetap menjadi salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara yang terus berkembang,” ujar Farazia.

DPP Realestate Indonesia (REI) mencatat realisasi investasi properti Rp75 triliun sepanjang Semester I/2025. Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto, optimistis bisnis real estate akan terus terakselerasi sepanjang paruh kedua tahun ini.

“Investasi di properti semester I/2025 adalah sebesar Rp75 triliun. Kondisi ini mestinya membuat kita optimis di semester kedua maupun triwulan keempat,” ujar Joko saat sosialisasi Kredit Program Perumahan di Jakarta.

Sejalan dengan itu, pertumbuhan bisnis pasar properti sepanjang semester I/2025 tercatat 3,71%, diikuti sektor konstruksi yang tumbuh 4,98%. Sementara kredit properti hingga Juli 2025 mencatat pertumbuhan 7,62%, meski mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,12%.

Sektor yang Menarik dan Tahan Risiko

Survei JLL terhadap 75 investor di Asia Pasifik menunjukkan, sektor industri & logistik, energi & infrastruktur, serta ritel dianggap rentan terhadap risiko geopolitik dalam lima tahun mendatang karena efek lanjutan pada pertumbuhan dan suku bunga. Sebaliknya, sektor hunian, life sciences, dan kesehatan dianggap lebih terlindungi karena didorong oleh permintaan domestik yang stabil.

Hal ini menjelaskan mengapa Indonesia menonjol sebagai destinasi investasi manufaktur dan industri, di mana fundamental ekonomi tetap kuat meski pasar global menunjukkan ketidakpastian. Investor global melihat peluang untuk menempatkan modal di sektor-sektor yang lebih resilient, memanfaatkan permintaan domestik yang solid, dan posisi strategis Indonesia di Asia Tenggara.

Dengan pertumbuhan investasi CRE di Asia Pasifik yang mencapai Rp517 triliun pada kuartal II/2025 dan fokus investor global pada sektor-sektor yang resilient, Indonesia mampu memanfaatkan momentum ini melalui sektor manufaktur. Sementara Korea Selatan dan Jepang tetap menjadi pasar dengan kinerja kuat berkat strategi pengelolaan aset perkantoran dan dukungan investor domestik.

Kondisi ini menegaskan bahwa meski ekonomi global menghadapi ketidakpastian, sektor properti komersial di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, tetap menjadi magnet bagi investor global dan menunjukkan ketahanan fundamental yang menjanjikan bagi pengembangan bisnis properti jangka panjang.

Terkini