Batu Bara

Harga Batu Bara Acuan Oktober 2025 Naik di Semua Kategori

Harga Batu Bara Acuan Oktober 2025 Naik di Semua Kategori
Harga Batu Bara Acuan Oktober 2025 Naik di Semua Kategori

JAKARTA - Kinerja pasar batu bara global kembali menunjukkan tren positif di awal Oktober 2025.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk periode pertama bulan Oktober 2025, yang seluruh kategorinya tercatat mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No. 326.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan Untuk Periode Pertama Bulan Oktober Tahun 2025. Dalam beleid itu, ESDM membagi HBA ke dalam empat kategori berdasarkan kadar kalori, kelembapan (moisture), kadar abu (ash), dan kadar sulfur (sulphur).

Kenaikan harga pada seluruh kategori HBA ini mencerminkan adanya pemulihan permintaan batu bara global, di tengah fluktuasi harga energi internasional serta meningkatnya konsumsi listrik di sejumlah negara mitra dagang Indonesia.

Semua Kategori HBA Mengalami Kenaikan

Berdasarkan data resmi Kementerian ESDM, keempat kategori HBA untuk periode pertama Oktober 2025 menunjukkan pergerakan harga positif dibandingkan periode kedua bulan September 2025.

Kategori HBA 6.322 kcal/kg GAR
Batu bara dengan kesetaraan kalori tinggi ini mencatat harga US$ 106,94 per ton, naik dari US$ 103,49 per ton pada periode sebelumnya.
Spesifikasi batu bara dalam kategori ini meliputi total moisture sebesar 12,26%, kandungan sulphur 0,66%, dan kadar abu 7,94%.

Lonjakan harga kategori ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan pasar terhadap batu bara berkalori tinggi yang umumnya digunakan untuk pembangkit listrik dan industri berat.

Kategori HBA I – 5.300 kcal/kg GAR
Untuk kategori ini, harga ditetapkan US$ 64,84 per ton, sedikit meningkat dari US$ 64,40 per ton pada periode kedua September 2025.
Spesifikasi batu bara ini mencakup total moisture 21,32%, sulphur 0,75%, dan ash 6,04%.

Batu bara dengan kalori menengah ini banyak digunakan di sektor industri dan pembangkit listrik domestik, sehingga kenaikan harganya juga mencerminkan stabilitas permintaan di pasar dalam negeri.

Kategori HBA II – 4.100 kcal/kg GAR
Pada periode pertama Oktober 2025, harga HBA II tercatat US$ 43,12 per ton, naik dari US$ 42,58 per ton di bulan sebelumnya.
Adapun karakteristik batu bara ini memiliki total moisture 35,73%, sulphur 0,23%, dan ash 3,9%.

Kenaikan pada kategori ini memperlihatkan adanya penyesuaian terhadap biaya logistik serta permintaan yang tetap tinggi dari pasar ekspor di kawasan Asia Selatan dan Timur.

Kategori HBA III – 3.400 kcal/kg GAR
Batu bara dengan kalori rendah ini ditetapkan pada harga US$ 32,95 per ton, meningkat dari US$ 32,78 per ton pada periode kedua September 2025.
Batu bara kategori ini memiliki total moisture 44,30%, sulphur 0,24%, dan ash 3,88%.

Meski kenaikannya relatif kecil, harga batu bara kalori rendah tetap menunjukkan tren positif karena masih banyak digunakan oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) skala besar di pasar ekspor, seperti India dan China.

Faktor Pendorong Kenaikan Harga

Kenaikan HBA Oktober 2025 tidak terlepas dari sejumlah faktor eksternal yang mempengaruhi dinamika pasar energi dunia.

Pertama, harga energi global tengah bergerak naik, terutama setelah harga minyak mentah internasional dan gas alam mengalami penguatan di pasar berjangka. Kenaikan harga minyak sering kali berimbas pada kenaikan harga batu bara karena kedua komoditas tersebut menjadi sumber energi substitusi di banyak negara.

Kedua, permintaan listrik musiman di negara-negara importir batu bara seperti India, China, dan Jepang turut meningkatkan volume pembelian. Beberapa wilayah di Asia Timur dan Selatan tengah menghadapi peningkatan konsumsi listrik akibat perubahan cuaca ekstrem serta meningkatnya aktivitas industri pasca pandemi.

Ketiga, adanya pengetatan pasokan dari negara produsen utama seperti Australia dan Afrika Selatan akibat gangguan cuaca serta biaya transportasi yang meningkat. Kondisi ini menyebabkan pasar batu bara global menjadi lebih kompetitif, mendorong harga naik secara bertahap.

Dampak Terhadap Industri dan Ekspor

Kenaikan HBA ini membawa konsekuensi langsung terhadap ekonomi energi Indonesia, khususnya bagi pelaku usaha tambang dan pembangkit listrik.

Bagi perusahaan tambang, tren kenaikan HBA memberikan sinyal positif terhadap margin keuntungan ekspor, terutama bagi produsen yang memiliki kontrak penjualan berbasis harga acuan. Namun demikian, bagi sektor pembangkit listrik domestik, kenaikan harga batu bara dapat menimbulkan tekanan terhadap biaya produksi listrik jika tidak diimbangi dengan efisiensi atau diversifikasi sumber energi.

Kementerian ESDM sendiri terus menegaskan bahwa mekanisme penetapan HBA tetap memperhatikan keseimbangan antara kepentingan industri hulu dan hilir, serta memastikan ketersediaan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO).

Dengan demikian, meskipun harga ekspor meningkat, sebagian produksi batu bara tetap dialokasikan untuk kebutuhan nasional dengan harga yang lebih stabil.

Prospek Harga Batu Bara ke Depan

Melihat tren saat ini, para analis memperkirakan harga batu bara Indonesia masih akan bergerak stabil hingga akhir tahun 2025, dengan potensi kenaikan moderat jika permintaan energi global terus meningkat.

Namun, pemerintah tetap waspada terhadap potensi penurunan harga mendadak akibat pergeseran kebijakan energi di negara-negara Eropa dan Asia yang semakin gencar mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Dalam jangka panjang, Kementerian ESDM berkomitmen menjaga transparansi penetapan harga batu bara melalui publikasi HBA secara berkala, sebagai acuan bagi pelaku industri dalam menyusun strategi produksi dan ekspor.

Kenaikan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode Oktober 2025 di seluruh kategori mencerminkan kondisi pasar yang kembali bergairah, didorong oleh meningkatnya permintaan global dan perbaikan pasokan energi.

Dengan HBA tertinggi mencapai US$ 106,94 per ton untuk batu bara berkalori tinggi, Indonesia menunjukkan posisinya sebagai pemain penting dalam pasar energi dunia. Meski demikian, pemerintah tetap berupaya menjaga keseimbangan antara keuntungan ekspor dan kebutuhan energi domestik agar sektor ketenagalistrikan tetap stabil dan kompetitif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index